BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ikan
merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai
komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan
bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan
pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya. Ikan
merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat,
mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan.
Oleh sebab itu dilakukan pengawetan agar tidak memberikan kesempatan bagi
bakteri untuk berkembang biak. Proses
pengawetan ikan yang umum dilakukan adalah dengan penggaraman, pengeringan,
pemindangan, pengasapan dan pendinginan.
Pengeringan
merupakan salah satu cara pengawetan pangan yang paling tua (Murniyati dan
Sunarman., 2000). Cara ini merupakan suatu proses yang ditiru dari alam.
Mula-mula pengeringan hanya dilakukan dengan menggunakan panas matahari dan
ditiup angin. Prinsipnya, pengeringan adalah cara pengawetan ikan dengan
mengurangi kandungan air pada jaringan ikan sebanyak mungkin sehingga aktivitas
bakteri terhambat.
Saat
ikan ditangkap dan diangkat dari dalam air, ikan tidak langsung mati. Meskipun
keadaan ikan tersebut masih dalam tingkat kesegaran yang maksimal, tetapi
biasanya tidak langsung dikonsumsi. Ikan dengan kesegaran maksimal setelah
dimasak rasanya kurang enak jika langsung dikonsumsi berbeda dengan ikan yang
telah beberapa saat mati baru dimasak.
Hanya
dalam waktu kurang lebih 8 jam sejak ikan ditangkap dan didaratkan sudah akan
timbul proses perubahan yang mengarah pada kerusakan. Ini disebabkan karena
ikan mengandung 60,0 – 84,0 % air dalam tubuhnya. Karena itu, agar ikan dan
hasil perikanan lainnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, perlu ditangani
dengan baik. Salah satu cara untuk menghambat terjadinya proses pembusukan ini
adalah dengan cara pengeringan. Pengeringan merupakan salah satu cara
pengawetan hasil perikanan yang palin mudah dan murah. Meskipun pengeringa ini
dapat merubah sifat daging ikan dari sifat ketika masih segar, tetapi nilai
gizi ikan cenderung tetap. Bahkan dengan berkurangnya air, prosentase protein
produk meningkat (Zaelanie et al., 2004).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
·Apa yang
dimaksud dengan pengeringan ikan?
·Bagaimana
prinsip pengeringan ikan?
·Bagaimana
proses pengeringan ikan?
·Bagaimana
mekanisme pengeringan ikan?
·Bagaimana
teknik pengeringan ikan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
· Mengetahui
definisi pengeringan ikan
· Mengetahui
prinsip pengeringan ikan
· Mengetahui proses
pengeringan ikan
· Mengetahui mekanisme
pengeringan ikan
· Mengetahui teknik
pengeringan ikan
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini
yaitu dapat menganalisis dan mengaplikasikan proses pengeringan ikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Pengeringan
Proses pengeringan dapat
meningkatkan daya awet ikan karena dapat disimpan cukup lama dan dalam keadaan
layak sebagai makanan manusia. Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air
bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga dapat memperlambat laju
kerusakan produk akibat aktivitas biologi dan kimia. Pengeringan pada dasarnya
merupakan proses perpindahan energy yang digunakan untuk menguapkan air yang
berada dalam bahan, sehingga mencapai kadar air tertentu agar kerusakan bahan
pangan dapat diperlambat. Kelembapan udara pengering harus memenuhi syarat
yaitu sebesar 55 – 60% (Pinem, 2004).
Menurut Hasibun (2005) bahwa bahasa pengeringan merupakan penghidratan, yang berarti menghilangkan air dari suatu bahan. Proses pengeringan atau penghidratan berlaku apabila bahan yang dikeringkan kehilangan sebahagian atau keseluruhan air yang dikandungnya. Proses utama yang terjadi pada proses pengeringan adalah penguapan. Penguapan terjadi apabila air yang dikandung oleh suatu bahan teruap. Hal ini terjadi apabila panas diberikan kepada bahan tersebut. Panas ini dapat diberikan melalui berbagai sumber, seperti kayu api, minyak dan gas, arang baru ataupun tenaga surya.
Menurut Hasibun (2005) bahwa bahasa pengeringan merupakan penghidratan, yang berarti menghilangkan air dari suatu bahan. Proses pengeringan atau penghidratan berlaku apabila bahan yang dikeringkan kehilangan sebahagian atau keseluruhan air yang dikandungnya. Proses utama yang terjadi pada proses pengeringan adalah penguapan. Penguapan terjadi apabila air yang dikandung oleh suatu bahan teruap. Hal ini terjadi apabila panas diberikan kepada bahan tersebut. Panas ini dapat diberikan melalui berbagai sumber, seperti kayu api, minyak dan gas, arang baru ataupun tenaga surya.
Pengeringan
dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi surya (pengeringan alami) dan dapat
juga dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus yang digerakkan dengan
tenaga listrik. Proses pengeringan bahan pangan dipengaruhi oleh luas permukaan
bahan pangan, suhu pengeringan, aliran udara, tekanan uap air dan sumber energi
yang digunakan serta jenis bahan yang akan dikeringkan.
Meskipun
pengeringan itu akan mengubah sifat daging ikan dari sifatnya ketika masih
segar, tetapi nilai gizinya relatif tetap. Kadar air yang mengalami penurunan
akan mengakibatkan kandungan protein di dalam bahan mengalami peningkatan.
Selama pengeringan juga terjadi perubahan antara lain warna menjadi cokelat.
Perubahan warna tersebut dikarenakan reaksi browning. Reaksi browning
nonenzimatis pada ikan yang paling sering terjadi adalah reaksi antara asam
organik dengan gula pereduksi, serta antara asam-asam amino dengan gula
pereduksi disebut juga reaksi Maillard. Reaksi anatara asam-asam amino
dengan gula pereduksi dapat menurunkan nilai gizi protein yang terkandung di
dalamnya. Vitamin - vitamin yang terdapat dalam bahan pangan yang dikeringkan
akan mengalami penurunan mutu, hal ini disebabkan karena ada berberapa vitamin
yang tidak tahan terhadap suhu tinggi. Proses pengeringan yang berlangsung pada
suhu yang sangat tinggi akan menyebabkan terjadinya case hardening, yaitu
bagian permukaan bahan pangan sudah kering sekali bahkan mengeras sedangkan
bagian dalamnya masih basah.
2.2. Prinsip Pengeringan
Dasar pengeringan adalah terjadinya
penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan
bahan yang dikeringkan. Dalam hal ini, kandungan uap air udara lebih sedikit
atau udara mempunyai kelembapan nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan
(Adawyah, 2006). Proses pengeringan didasari oleh terjadinya penguapan air
(pengisapan air oleh udara) sebagai akibat perbedaan kandungan air produk
dengan udara sekitar. Apabila kandungan uap air diudara cukup rendah berarti
udara mempunyai kelembaban nisbi yang rendah sehingga kesempatan untuk
terjadinya penguapan semakin besar. Makin tinggi perbedaan kandungan uap air di
udara dengan produk, maka semakin banyak kandungan air yang dikeringkan dapat
menguap karena kesanggupan udara untuk menampungnya semakin besar
Menurut
Murniyati dan Sunarman (2000), cara yang umum untuk mengeringkan ikan adalah
dengan menguapkan air dari tubuh ikan, yaitu dengan menggunakan tiupan udara
panas. Penguapan dimulai dari bagian permukaan, kemudian menjalar kebagian –
bagian yang lebih dalam. Kecepatan penguapan atau pengeringan ditentukan oleh
faktor – faktor sebagai berikut:
- Kecepatan Udara, Makin cepat udara bertiup di atas ikan, makincepat ikan menjadi kering.
- Temperatur Udara, Makin tinggi temperature, makin cepat ikan menjadi kering.
- Kelembapan Udara, Makin lembab udara, makin lambat ikan menjadi kering
- Ukuran dan Tebal Ikan, Makin tebal ikan, makin lambat ikan kering. Namun makin luas permukaan ikamn, makin cepat ikan menjadi kering.
- Arah Aliran Udara Terhadap Ikan, Makin kecil sudut antara ikan dengan arah aliran udara, makin cepat pengeringannya.
- Sifat Ikan, Makin ikan tersebut berlemak, makin lama dan sulit pengeringannya.
- Kecepatan Udara, Makin cepat udara bertiup di atas ikan, makincepat ikan menjadi kering.
- Temperatur Udara, Makin tinggi temperature, makin cepat ikan menjadi kering.
- Kelembapan Udara, Makin lembab udara, makin lambat ikan menjadi kering
- Ukuran dan Tebal Ikan, Makin tebal ikan, makin lambat ikan kering. Namun makin luas permukaan ikamn, makin cepat ikan menjadi kering.
- Arah Aliran Udara Terhadap Ikan, Makin kecil sudut antara ikan dengan arah aliran udara, makin cepat pengeringannya.
- Sifat Ikan, Makin ikan tersebut berlemak, makin lama dan sulit pengeringannya.
2.3 Proses
Pengeringan
Proses pengeringan diperoleh dengan cara penguapan
air. Cara tersebut dilakukan dengan menurunkan kelembaban nisbi udara dengan
mengalirkan udara panas di sekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan
lebih besar dari tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan itu menyebabkan
terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penguapan adalah laju pemanasan waktu energi panas dipindahkan pada bahan,
jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air, suhu maksimum pada bahan,
tekanan pada saat terjadinya penguapan.
Pengeringan yang terlampau
cepat dapat merusak bahan sehubungan permukaan bahan terlalu cepat kering
sehingga kurang bisa diimbangi dengan kecepatan gerakan air bahan menuju
permukaan. Lebih lanjut, pengeringan cepat menyebabkan pengerasan pada
permukaan bahan sehingga air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena
terhambat. Di samping itu, kondisi pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi
dapat merusak bahan. Pengaturan suhu dan lamanya waktu pengeringan dilakukan dengan
mem perhatikan kontak antara alat pengering dengan alat pemanas (baik berupa
udara panas yang dialirkan maupun alat pemanas lainnya). Namun demi
pertimbangan-pertimbangan standar gizi maka pemanasan dianjurkan tidak lebih
dari 850C.
2. 4 Mekanisme
Pengeringan Ikan
Tujuan pengeringan ikan ialah untuk menguragai kadar air
yang ada didalam daging ikan sampai kegiatan mikroorganisme pembusuk serta
enzim yang meyebabkan pembusukan terhenti. Akibatnya ikan dapat disimpan cukup
lama sebagai bahan makanan. Pengeringan ikna ini umumnya disertai dengan
pengaraman sehingga ikan kering itu terasa asin. Maksud penggaraman sebelum
ikan dikeringkan yaitu untuk menyerap kadar air dari permukaan ikan dan
mengawetkannya sebelum tercapai tingkat kekeringan serta dapat menghambat
aktivitas mikroorganisme. Batas kadar air yang
diperlukan dalam tubuh ikan kira kira 20 – 35 % agar perkembangan
mikroorganisme pembusuk bisa terhenti. Ketika udara panas
dihembuskan pada bahan pangan Khususnya disini ialah ikan yang basah panas
dipindahkan dari udara ke permukaan bahan dan panas laten penguapan menyebabkan
air yang ada pada permukaan bahan pangan tadi menguap. Uap air berdifusi
melalui lapisan tipis udara di sekeliling permukaan bahan dan terbawa
bersama hembusan udara yang mengenai bahan. Penguapan air pada permukaan
menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan uap air di permukaan dan didalam
bahan, demikian juga antara permukaan bahan dan udara sekeliling bahan.
Perbedaan tekanan uap air inilah yang menyebabkan adanya aliran air dari dalam
bahan. Perbedaan tekanan uap air inilah yang menyebabkan adanya aliran air dari
dalam bahan pangan yang dikeringkan ke permukaan, selanjutnya diuapkan ke
udara. Pergerakan air dari dalam bahan ke permukaan melalui mekanisme sebagai
berikut :
- Pergerakan Cairan terjadi dalam saluran kapiler.
- cairan berdifusi karena perbedaan konsentrasi bahan bahan terlarut pada bagian bagian yang berbeda dari bahan pangan.
- Cairan juga berdifusi karena penyerapan oleh bagian padat dari bahan pangan yang terdapat pada permukaan.
- Air dalam bentuk uap juga berdifusi dalam ruang ruang udara di dalam bahan pangan akibat perbedaan tekanan uap air.
Sebagai sampel dapat kita ambil contoh pengeringan ikan Asin dengan metode yang
masih sedehana dengan cara menjemur dan memanfaatkan panas matahari serta
berikut Metode Pengeringan ikan secara skematis :
Prosedur Pembuatan Ikan Asin Kering
1. Penimbangan. Ikan yang akan diproses
ditimbang dan ditempatkan dalam keranjang
plastik
sebelum dicuci.
2. Pencucian. Pencucian ikan dilakukan
dengan air untuk menghilangkan kotoran-kotoran
yang
tercampur dengan
ikan, menghilangkan darah dan lendir sebanyak dua kali
hingga
bersih.
3. Penggaraman. Ikan yang dibersihkan
diberi garam sebanyak 3 : 1 antara garam dan
berat
ikan.
4.
Penirisan. Penirisan
dilakukan dengan mengangin-angin ikan teri yang telah direbus dengan alami
ataupun dengan bantuan blower/kipas. Pengipasan dapat menurunkan panas
pada ikan teri setelah dari perebusan.
5.
Pencucian. Pencucian
dilakukan untuk membersihkan garam yang menempel (kualitas warna dan jenis
garam tergantung jenis ikan yang akan diproses ikan asin).
6.
Pengeringan.
Pengeringan/penjemuran ikan dapat dilakukan dengan meletakan ikan dalam
para-para kemudian dijemur disinar matahari (8-10 jam, tergantung jenis ikan
dan cuaca).
7.
Disortasi/seleksi.
8.
Dikemas.
Diagram
alir proses pembuatan ikan asin kering
Mungkin kita masih bertanya mengapa proses penggaraman masih dilakukan pada
mekanisme pengeringan, fungsi garam dalam pengawetan/ pengeringan ikan ialah
untuk meyerap air dari dalam daging ikan sehingga aktivitas bakteri akan
terhambat. Selain itu larutan garam juga menyebabkan proses osmose pada sel sel
mikroorganisme sehingga terjadi plasmolisis yang mengakibatkan kurangnya kadar
air pada sel bakteri dan akhirnya bakteri/ mikroorganisme. Umumnya semua jenis
ikan dapat diawetkan dengan cara ini.
2.5 Teknik Pengeringan Ikan
Munurut
Murniyati dan Sunarman (2000), pada dasarnya, cara – cara pengeringam atau
pengurangan kadar air dapat dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut:
a. Pengeringan Alami atau tradisional (natural drying)
b. Pengeringan Buatan atau modern (artificial drying) atau Pengeringan Mekanis (mechanical drying).
a. Pengeringan Alami atau tradisional (natural drying)
b. Pengeringan Buatan atau modern (artificial drying) atau Pengeringan Mekanis (mechanical drying).
2.5.1
Pengeringan Alami atau Tradisional
a. Pengeringan dengan Sinar Matahari
a. Pengeringan dengan Sinar Matahari
Pengeringan
dilakukan dengan menjemur ikan selama ± 3 hari jika cuaca cerah dan
membalik-balik ikan sebanyak 4 – 5 kali agar pengeringan merata. Pengeringan
tradisional ini memerlukan tempat yang luas karena ikan yang dikeringkan tidak
bisa ditumpuk saat dijemur. Pada saat udara luar terlalu kering dan panas,
pengeringan dapat terjadi terlalu cepat sehingga terjadi case hardening
(permukaan daging ikan mengeras). Masalah lain adalah kebersihan/higienitas
ikan yang dikeringkan sangat kurang karena proses pengeringan dilakukan di
tempat terbuka yang memungkinkan dihinggapi debu dan lalat.
Cara
tersebut memang sangat sederhana sehingga setiap orang dapat melaksanakannya
bahkan tanpa alat sekalipun, dikenal dengan penjemuran. Keuntungan pengeringan
dengan menggunakan sinar metahari tidak diperlukan penanganan khusus dan mahal
serta dapat dikerjakan oleh siapa saja. Namun kelemahan dari pengeringan dengan
menggunakan sinar matahari berjalan sangat lambat sehingga terjadi pembusukan
sebelum menjadi kering. Hasil pengeringan pun tidak merata dan pelaksanaan
tergantung oleh alam. Jarang diperoleh ikan kering yang berkualitas tinggi,
selain itu memerlukan tempat yang luas dan mudah terkontaminasi (Adawyah,
2007).
Di
dalam pengeringan alami yang hanya memanfaatkan sinar matahari dan angin, ikan
dijemur diatas rak – rak yang dipasang agak miring (±150) kearah datangnya
angin, dan diletakkan di bawah sinar matahari tempat angin bebas bertiup. Angin
berfungsi memindahkan uap air yang terlepas dari ikan ketempat lain, sehingga
penguapan dapat berlangsung lebih cepat. Tanpa ada pergerakan udara, misalnya
jika penjemuran dilakukan pada tempat tertutup dan tidak ada angin di tempat
itu, maka pengerngan akan berjalan lambat. Bagitu halnya dengan intensitas
sinar matahari, Intensitas sinar matahari mempengaruhi kecepatan penguapan.
Penguapan berjalan lebih lambat apabila tidak ada sinar matahari (Murniyati dan
Sunarman. 2000). Hal ini sangat merugikan karena pembusukan sering kali
terjadi. Sebaliknya jika udara terlalu panas, pengeringan terlalu cepat
sehingga dapat tgerjadi case hardening yaitu pengerasan permukaan tubuh ikan
tetapi bagiian dalamnya masih basah. Kerugian akibat hal ini dapat di cegah
dengan cara:
- Penjemuran dilakukan ditempat yang teduh (dibawah atap)
- Penjemuran secara periodic, misalnya ikan dijemur pada pagi
sampai
siang hari kemudian diangkat dan sore hari dijemur lagi.
b. Pengeringan Rumah Kaca/Surya
Pengeringan rumah kaca dikembangkan di Indonesia pada akhir tahun
1970-an. Pada dasarnya, pengeringan rumah kaca merupakan ruang yang tertutup
oleh dinding dan atap transparan (bening) sehingga sinar matahari dapat masuk
ke dalamnya. Udara yang panas di dalam ruang itu diprangkap sehingga suhunya
makin tinggi, lebih tinggi daripada suhu udara di luar ruang. Suhu yang tinggi
inilah yang dimanfaatkan untuk mempercepat proses penguapan air dari ikan.
Pengering
surya mempunyai keuntungan: sederhana, biaya rendah dan tidak memerlukan banyak
tenaga kerja. Waktu proses pengeringan dengan pengering surya dapat berkurang
sebanyak 65% dibanding pengeringan tradisional yang hanya menggunakan sinar
matahari di tempat terbuka. Dengan pengering surya, ikan yang telah dikeringkan
mempunyai kualitas lebih baik.
Pengering
surya untuk ikan dapat berupa ruang kaca yang memanfaatkan efek rumah kaca
(green-house effect) dan dapat pula menggunakan kolektor surya yang dihubungkan
dengan ruang pengering. Suhu dalam ruangan dapat ditingkatkan dengan penggunaan
bidang warna hitam. Bidang hitam (misalnya:lembaran plastic hitam) bersifat
menyerap panas lebih cepat. Lembaran plastic warna hitam ini dapat dijadikan
sebagai alas rak – rak penjemur ikan dan dapat juga diletakkan di sebagian
dinding. Sisi yang hitam diletakkan di bagian barat pada pagi hari dan di
bagian timur pada sore hari. Pengering rumah kaca ini sangat bermanfaat dalam
upaya peningkatan hygiene. Gangguan lalat, kontaminasi debu, dan kotoran dapat
diminimalisasi. Manfaat lain adalah ketika musim hujan, air hujan tidak akan
membasahi ikan dan kita tidak perlu memindahkan ikan ketempat yang teduh.
2.5.2 Pengeringan Buatan
a. Pengeringan Mekanis
Karena banyaknya kesulitan-kesulitan
yang didapat pada pengeringan alami, maka manusia telah mencoba membuat
peralatan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara yang lebih
efisien. Alat pengering mekanis berupa suatu ruang dengan udara panas yang
ditiupkan di dalamnya. Hal-hal pokok yang membuat pengeringan mekanis ini lebih
baik daripada pengeringan alam adalah:
·suhu, kelembaban, dan kecepatan
angin dapat diatur
·sanitasi dan hygiene dapat lebih
mudah dikendalikan
Pemanasan udara dalam pengering mekanis (dryer) dapat dilakukan
menggunakan:
• Pipa-pipa yang berisi uap panas didalamnya
• Logam atau batu yang dipanaskan dengan api
• Elemen pemanas listrik
• Pemindahan panas dengan mesin pendingin
• Pipa-pipa yang berisi uap panas didalamnya
• Logam atau batu yang dipanaskan dengan api
• Elemen pemanas listrik
• Pemindahan panas dengan mesin pendingin
Udara dalam dryer disirkulasikan dengan blower (kipas angin) yang terletak didalam ruangan atau di dinding. Kecepatan udara yang optimal adalh 70 – 100 m/menit. Semua iakn dalam dryer diusahakan mengalami pengeringan yang merata.
Dalam skala kecil berkapasitas 5 kg. spesifikasi alat pengering ini adalah berupa kotak bertingkat, bagian bawah utuk pengeringan dan bagian atas untuk sirkulasi pengembalian udara. Dimensi panjang kabin 190 cn, lebar 65 cm, tinggi 97 cm. Udara pengering di sirkulasikan dengan 9 buah kipas berdiameter 12 cm dengan kecepata 1,1 m/s. Udara pengering didehumidifikasikan dengan dehumifier yang dibuat dari modifikasi AC dengan kompresor 0,5 PK. Sumber pemanas menggunakan elemen lampu inframerah sebanyak 3 buah masing-masing berdaya 1500W dilengkapi dengan thermosfat. Try untuk pengeringan berukuran 40x35 cm disusun bertingkat 11 dengan jarak antar tingkat 4 cm.
b. Pengeringan dengan Sinar Inframerah
Sinar inframerah sudah sejak tahun 1960-an digunakan dalam industri perikanan untuk pengeringan dan perebusan ikan. Sinar tersebut mempunyai panjang gelombang 0,76 – 400 mm tergantung pada tempraturnya. Semakin tinggi tempraturnya, semakin pendek panjang gelombangnya.
Sinar
inframerah memberikan panas radiasi yang sanggup menembus kulit ikan sejauh 2
mm. Hampir semua panas yang dipancarkan diserap oleh kulit ikan karena
dipantulkan oleh dinding-dinding kapiler, bukan oleh permukaan kulit ikan.
Sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menghasilkan sinar inframerah sebagai
berikut:
·lampu radian
·permukaan pijar dari logam atau
keramik yang dipanaskan dengan listrik, pembakaran gas, atau cara lain
·spiral atau pelat nichrome, dipanaskan
dengan listrik hingga 8000C
·pembakaran
radiant yang tidak menyala (radiant flameless burner)
Pengeringan
dengan sinar inframerah tidak tergantung pada kecepatan udara dan temperatur
sumber panas. Percobaan-percobaan yang dilakukan oleh sebuah lembaga di Rusia
menghasilkan data sebagai berikut:
·Pengeringan
ikan herring berlangsung 2-3 kali lebih cepat dengan sinar inframerah daripada
dengan udara panas.
·Pemakaian baja,
besi dan keramik sebagai pemancar panas radiasi lebih baik daripada pemakaian
lampu radiant.
·Panas radiasi
harus diberikan dari kedua sisi ikan, tetapi dapat juga dipanaskan dengan panas
pantulan.
·Ikan harus
berada 8 cm di depan sumber panas atau lebih jauh.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan
pembahasan di atas adalah pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air yang ada
di dalam daging ikan
sampai kegiatan mikroorganisme pembusuk serta enzim yang meyebabkan pembusukan
terhenti. Akibatnya ikan dapat disimpan cukup lama sebagai bahan makanan.
Pengeringan ikan ini umumnya disertai dengan pengaraman
sehingga ikan kering itu terasa asin. Maksud penggaraman sebelum ikan
dikeringkan yaitu untuk menyerap kadar air dari permukaan ikan dan
mengawetkannya sebelum tercapai tingkat kekeringan serta dapat menghambat aktivitas
mikroorganisme. Batas kadar air yang
diperlukan dalam tubuh ikan kira kira
20
– 35 % agar perkembangan mikroorganisme pembusuk bisa terhenti.
Perbedaan tekanan uap air inilah yang menyebabkan adanya aliran air dari dalam
bahan pangan yang dikeringkan ke permukaan, selanjutnya diuapkan ke udara.
Pergerakan air dari dalam bahan ke permukaan melalui mekanisme sebagai berikut
:
- Pergerakan Cairan terjadi dalam saluran kapiler.
- cairan berdifusi karena perbedaan konsentrasi bahan bahan terlarut pada bagian bagian yang berbeda dari bahan pangan.
- Cairan juga berdifusi karena penyerapan oleh bagian padat dari bahan pangan yang terdapat pada permukaan.
- Air dalam bentuk uap juga berdifusi dalam ruang ruang udara di dalam bahan pangan akibat perbedaan tekanan uap air.
Fungsi
garam dalam pengawetan/ pengeringan ikan ialah untuk meyerap air dari dalam
daging ikan
sehingga aktivitas bakteri aklan terhambat. Selain itu larutan garam juga
menyebabkan proses osmose pada sel sel mikroorganisme sehingga terjadi
plasmolisis yang mengakibatkan kurangnya kadar air pada sel bakteri dan
akhirnya bakteri/ mikroorganisme
Secara
umum tujuan pengeringan ikan ialah :
- untuk mengawetkan ikan dengan cara menurunkan kadar iar didalamnya
- Untuk mengurangi volume dan berat ikan yang ditangani sehingga biaya penganggkutan dan penyimpanan menurun.
- Untuk meningkatkan kenyamanan dalam penggunaan (pada beberapa jenis produk tertentu pengeringan dikombinasi dengan instanisasi).
3.2 Saran
Saran dari
kami adalah jika ingin mengawetkan ikan dengan cara pengeringan, gunakan teknik
pengeringan yang efektif, efisien, hygiene, dan tidak tergatung dengan cuaca
agar memperoleh hasil yang memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah,
M.P.Ir. Rabiatul. 2011. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara
Zaelanie Kartini,MP,Rahma Nurdiani,SPi MAppSc,Ir.Sridayuti.2004. Diktat Matakuliah Teknologi Hasil Perikanan
I Fakultas. Malang: Universitas Brawijaya
Murniyati, Ir.
A. S, Ir. Sunarman. 2000. Pendinginan Pembekuan dan Pengawetan Ikan. Yogyakarta: Kanisius
Jay,James M.1992.Modern
Food Microbiology. Chapman & hall: London
Sasi,
M,dkk.2000. Chilling Fresh Fish in Dry and Wet Ice.
http:// biophyspal journal. Com (diakses
1 mei 2012)
Desroirer,Norman W.
2008. Pengawetan dan Pengolahan Bahan Pangan .Uip: Jakarta
Sumber: Premy Puspitawati Rahayu
hey inikan buat belajar!!!!!
BalasHapusHahaahahahaahahhahahhahahahhahahhahahahahahahahaha
BalasHapus