Jumat, 10 April 2015

Makalah Dasar Pengawetan



PENGERINGAN, PENGGARAMAN DAN PENGASAPAN IKAN


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Dasar-Dasar Pengawetan
yang dibina oleh Ir. Titik Dwi Sulistiati, MP



Oleh :
Binti Nafi’ah
(125080301111033)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN dan ILMU KELAUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
NOPEMBER 2012



 

KATA PENGANTAR

               
Segala puji dan rasa syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah - Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul  “PENGERINGAN, PENGGARAMAN, DAN PENGASAPAN IKAN’’ ini.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terimah kasih kepada kedua orang tua, yang telah berjasa besar dan penuh pengorbanan serta selalu berdo’a dalam memenuhi segala kebutuhan kami, sehingga penulis sukses dalam menuntut ilmu untuk kehidupan masa depan yang lebih baik.
Dalam penyusunan karya tulis ini, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunannya, baik dalam penyajian data, bahasa maupun sistematika pembahasannya. Penulis juga mengharpkan masukan atau kritikan maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya di masa yang akan datang.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini mudah mudahan dengan adanya makalah ini sedikit banyaknya dapat membawa manfaat kepada kita semua, dan juga dapat menjadi referensi bagi penulis selanjutnya.
 
Malang, Nopember  2012


Penulis  






DAFTAR ISI



BAB I

PENDAHULUAN


 Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Karena hal ini produksi ikan dinilai sangat penting. Produksi ikan bersifat musiman terutama ikan laut. Dengan demikian pada suatu saat produksi ikan sangat melimpah sedang pada waktu yang lain sangat rendah. Tidak heran bila pada saaat produksi sangat melimpah banyak ikan yang tidak dimanfaatkan sehingga menjadi busuk. Proses pembusukan ini mengakibatkan mundurnya mutu dan turunnya harga ikan. Hal ini sangat merugikan para nelayan dan pengusaha dalam dunia bisnis perikanan. Oleh karena itu dilakukanlah proses pengawetan pada  ikan.
Ada beberapa cara pengawetan yang sering dilakukan oleh para nelayan dan pengusaha dalam dunia bisnis perikanan untuk mempertahankan mutu ikan. Cara tersebut meliputi proses pengeringan, pengasapan,  penggaraman, dan fermentasi. Tetapi dalam makalah ini hanya membahas proses pengeringan, pengasinan dan pengasapan.

B. Rumusan Masalah

1)      Apa yang dimaksud dengan proses pengeringan, penggaraman dan pengasapan ikan?
2)      Bagaimana proses pengeringan, penggaraman, dan pengasapan ikan ?
3)      Faktor apa yang mempengaruhi pengeringan, penggaraman, dan pengasapan ikan ?
4)      Apa metode-metode yang digunakan dalam pengeringan, penggaraman dan pengasapan ikan ?

C. Tujuan Penulisan

1)      Untuk mengetahui pengertian proses pengeringan, penggaraman dan pengasapan ikan.
2)      Untuk mengetahui proses pengeringan, penggaraman dan pengasapan ikan.
3)      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses pengeringan, penggaraman dan pengasapan ikan.
4)      Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam proses pengeringan, penggaraman dan pengasapan ikan.




PEMBAHASAN

Dasar pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Kandungan uap air udara lebih sedikit atau udara mempunyai kelembaban nisbi yang rendah sehingga terjadi penguapan.
Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat bahkan sampai berhenti samasekali.

Pengeringan ikan merupakan salah satu cara pengawetan ikan yang paling mudah dilakukan, murah dan merupakan cara pengawetan yang paling tua. Pengeringan akan bertambah baik dan cepat apabila sebelumnya ikan digarami dengan jumlah garam yang cukup untuk menghentikan kegiatan bakteri pembusuk. Penggaraman sebelum pengeringan ini dimaksudkan untuk menarik air dari permukaan badan ikan dan pengeringan sendiri bertujuan mengurangi kadar air dalam daging ikan sampai batas tertentu, sehingga perkembangan organisme akan terhambat atau terhenti. 
Makanan yang dikeringakan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada bahan segarnya. Selama pengeringan akan terjadi beberapa perubahan antara lai warna, tekstur dan aroma. Pada umumnya ikan yang dikeringkan berubah warna menjadi cokkelat, perubahan ini karena reaksi browning. Reaksi browning nonenzimatis pada ikan yang paling sering terjadi adalah reaksi antara asm organik dengan gula pereduksi, serta asam amino dengan gula pereduksi disebut juga reaksi maillard. Reaksi millard dapat menurunkan nilai gizi protein yang terkandung di dalamnya.


Proses ini dilakukan dengan dengan menurunkan kelembapan nisbi udara dengan mengalirkan udara panas di sekeliling bahan, sehingga tekanan uap air bahan lebih besar dari tekanan uap air di udara. Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan adalah :
1.    Laju pemanasan waktu energi panas dipindahkan pada bahan.
2.    Jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air.
3.    Suhu maksimum pada bahan.
4.    Tekanan saat terjadinya penguapan.
Peristiwa yang terjadi saat proses pengeringan ada 2, yaitu :
1.    Proses pemindahan panas, yaitu proses menguapkan air dari bahan atau prosese perubahan bentuk cair ke bentuk gas.
2.    Proses pemindahan massa, yaitu prosese perpindahan massa uap air dari permukaan bahan ke udara.
Proses pengeringan tidak dapat terjadi dalam satu waktu sekaligus. Jadi dalam proses pengeringan diperlukan waktu istirahat (tempering time). Selama waktu tersebut seluruh air didalam bahan akan mencapai keseimbangan.
Adapu prosedur pembuatan ikan asin kering  secara sistematis sebagai berikut :
  1. Penimbangan. Ikan yang akan diproses ditimbang dan ditempatkan dalam keranjang plastik             sebelum dicuci.
  2. Pencucian. Pencucian ikan dilakukan dengan air untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang             tercampur dengan ikan, menghilangkan darah dan lendir sebanyak dua kali hingga bersih.
  3. Penggaraman. Ikan yang dibersihkan diberi garam sebanyak 3 : 1 antara garam dan berat   ikan.
  4. Penirisan. Penirisan dilakukan dengan mengangin-angin ikan teri yang telah direbus dengan alami ataupun dengan bantuan blower/kipas. Pengipasan dapat menurunkan panas pada ikan teri setelah dari perebusan.
  5. Pencucian. Pencucian dilakukan untuk membersihkan garam yang menempel (kualitas warna dan jenis garam tergantung jenis ikan yang akan diproses ikan asin).
  6. Pengeringan. Pengeringan/penjemuran ikan dapat dilakukan dengan meletakan ikan dalam para-para kemudian dijemur disinar matahari (8-10 jam, tergantung jenis ikan dan cuaca).
  7. Disortasi/seleksi.
  8. Dikemas.


Diagram alir proses pembuatan ikan asin kering




Faktor pengeringan adalah faktor-faktor yang berperan dalam proses pengeringan, yaitu :

A.3.1 Faktor dalam (intrinsik)

yaitu sifat biologis, termasuk komposisi kimia ikan yang dikeringkan. Ikan sejenis yang ukurannya lebih kecil akan lebih cepat kering dari yang ukurannya lebih besar, demikian pula kadar air ikan yang berbeda akan mempengaruhi kecepatan pengeringan. Ikan yang berprotein dan berlemak tinggi akan lebih lama pengeringannya dari dari ikan yang mempunyai kadar air tinggi, kadar protein dan lemaknya redah.

A.3.2 Faktor luar (ekstrinsik)

yaitu suhu, kelembapan relatif udara pengering, hembusan atau aliran udara pengering, dan fisiko kimia lainnyadari udara pengering. Kondisi ruangan yang lembab, bersuhu rendah dan aliran udara yang lembabakan memperlambat pengeringan. Sebaliknya jika suhu udara pengering lebih tinggi, kelembapan relatifnya rendah dan aliran udaranya tinggi akan mempercepat pengeringan.

A.3.3 Jenis alat pengering yang digunakan

Jenis alat pengering yang sesuai dengan bahan yang dikeringka merupakan faktor pengeringan yang penting. Pengeringan menggunakan alat yang tidak tepat justru akan menghambat proses pengeringan. Selain itu  juga dapat merusak bahan yang dikeringkan sehingga kualitas produk menjjadi rendah.

Berdasarkan cara pengeringannya dibagi menjadi dua yaitu :
A.4.1 pengeringan Tradisional
Pengeringan ini merupakan cara pengeringan yang  telah dikenal dan dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Hanya dengan memiliki lahan unuk menjemur, pengeringan cara ini dapat dilakukan oleh siapa saja. Ada banyak kekuranga dari metode pengeringan ini, antara lain yaitu :
1.      sangat tergantung pada kondisi cuaca, sehingga sulit diperkirakan waktu yang diperlukan untuk pengeringan.
2.      Sanitasi dan higiene kurang dapat terjamin karena terkontaminasi oleh debu, kotoran dan hama yang sulit dihindari.
3.      Memerlukan lahan yang cukup luas.
4.      Kualitas produk yang dihasilkan beragam karena tergantung pada kondisi cuaca (suhu, kelembapan dan aliran udara pengering ).
A.4.2 Pengeringan Modern
Pengeringan modern adalah pengeingan dengan mengggunakan alat pengering buatan (artificial dryer). Pengeringan dengan alat pengering tidak selamanya mahal seperti yang dibayangkan banyak orangbiaya pengeringan dipengaruhi faktor-faktor seperti sumber eneri dan bahan lainnya digunakan  untuk pengeringan. Menurut sumber eneginya alat pengeringan dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Solar Dryer
Alat pengering yang menggunakan sumber energi panas dan sinar matahari. Alat pengering jenis ini memiliki bagian yang berfungsi sebagai pengumpul panas.
2.      Electrical Drye
Alat pengering yang menggunakan sumber energi panas dan listrik. Alat pengering jenis ini mempunyai bagian yang berungsi sebagai pemanas yang terdiridari elemen-elemen listrik.
Sedangkan menurut bentuk dan cara pengeringannya, alat pengering dibagi menjadi 2 , yaitu :
1.      Pengering Kabinet (cabinet dryer), alat pengering yang alat pengeringnya berbentuk kabinet (seperti almari atau bertingkat) dengan tray atau widig di dalamnya untuk tempat ikan yang dikeringkan.
2.      Pengeringan Terowongan (Turnel dryer), alat pengering berbentuk terowongan.





Penggaraman merupakan proses pengawetan yang banyak dilakukan diberbagai negara, termasuk di Indonesia. Proses ini menggunakan garam sebagai media pengawet, baik dalam bentuk kristal maupun larutan. Selama proses penggaraman berlangsung terjadi penetrasi garam kedalam tubuuh ikan dan keluarnya cairan dari dalam tubuh ikan karena adanya perbedaan konsentrasi. Cairan tersebut akan cepat melarutkan kristal garam atau mengencerkan larutan garam. Bersama dengan keluarnya cairan partikel garampun masuk kedalam tubuh ikan.

B.1 Pegertian Penggaraman Ikan

Penggaraman adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk mengawetkan produk hasil perikanan dengan menggunakan garam. Kadar air yang dicapai kira-kira 25%-30% agar ikan hasil pengeringan dapat awet untuk disimpan. Hal yang harus dilakukan agar dapat menghasilkan ikan dengan kadar air 25%-30% yaitu jangan mengeringkan ikan secara utuh tetapi belah ikan dengan model butterfly (belah jadi 2) dengan ketebalan 3 cm lalu dikeringkan pada suhu maksimal 45 derajat dengan kecepatan angin 1-2 m per detik selama 8-12 jam

B.2 Prosese Penggaraman Ikan

Penggaraman/pengasinan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

B.2.1 Tahapan Persiapan

1.      Penyediaan bahan baku.
·         Ikan yang akan diproses sebaiknya dipisahkan berdasarkan jenis, tingkat kesegaran dan ukuran ikannya. Hal ini dilakukan untuk penyeragaman penetrasi garam pada saat penggaramanberlangsung.
·         Sediakan garam sebanyak 10 – 35 % dari berat total ikan yang akan diproses, tergantung tingkat keasinan yang diinginkan. Sebaiknya, gunakan garam murni (NaCl 99%) agar ikan asin berkualitas baik.


2.      Penyediaan peralatan
·         Siapkan wadah bak kedap air yang terbuat dari semen, kayu, fiber atau plastik. Bila proses penggaraman menggunakan metode kench salting, wadah bak penggaraman tidak diperlukan- Siapkan penutup bak sesuai ukuran bak dilengkapi dengan pemberat untuk membantu agar semua ikan terendam dalam larutan garam.
·         Pisai atau golok yang tajam untuk membersihkan dan menyiangi ikan.
·         Timbangan untuk menimbang ikan yang telah dibersihkan serta jumlah garam yang dibutuhkan.
·         Keranjang plastik atau bambu untuk mengangkut ikan sebelum dan setelah proses penggaraman.
·         Tempat penjemuran atau para-para yang tingginya kurang lebih 1 meter diatas permukaan tanah. Sebaiknya para-para dibuat miring 15 derajat ke arah datangnya angin untuk mempercepat proses pengeringan.
3.      Penanganan dan penyiangan
·         Untuk mempermudah proses penanganan, tempatkan ikan diwadah terpisah sesuai ukuran, jenis dan tingkat kesegaran.
·         Pada ikan berukuran besar, perlu dilakukan penyiangan dengan membuang isi perut, insang dan sisik. Kemudian tubuh ikan dibelah menjadi dua sepanjang garis punggung kearah perut. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses penggaraman.
·         Pada ikan yang berukuran sedang, cukup dibersihkan insang, sisik dan isi perut.Bagian badan tidak perlu dibelah.
·         Pada ikan kecil seperti teri atau petek, cukup dicuci dengan air bersih saja, tidak perlu disiangi.
·         Proses pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir, agar ikan benar-benar bersih.
·         Tiriskan ikan yang telah dicuci bersih dalam wadah keranjang plastik atau bambu yang telah disediakan. Pada proses penirisan ini, ikan disusun rapi dengan perut menghadap ke bawah agar tidak ada air yang menggenang dirongga perutnya.
·         Setelah ikan agak kering, timbanglah ikan agar dapat mengetahui jumlah garam yang diperlukan dalam proses penggaraman.

B.2.2 Tahapan proses penggaraman


Ikan dipisahkan berdasarkan jenis,ukuran dan tingkat kesegaranrannya



Ikan disiangi bagian sisik, isi perut dan insang.Kemudian dicuci sampai bersih




Ikan digarami dengan metode wet salting,dry salting, ataupun kench salting



Proses pengeringan



Pengemasan dan penyimpanan

B.3 Faktor-Faktor Penggaraman Ikan

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki suhu  panas, sebaiknya penggaraman dilakukan di tempat yang teduh. Menurut Moeljanto (1992) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan penetrasi garap kedalam tubuh ikan selain tingkat kemurnian garam yang digunakan, yaitu sebagai berikut :
1.      Kadar lemak ikan
Semakin tinggi kadar lemak yang terdapat didalam tubuh ikan semakin lambat proses penetrasi garam kedalam tubuh ikan.
2.      Ketebalan daging ikan
Semakin tebal daging ikan semakin lambat proses penetrasi garam dan semakin banyak pula jumlah garam yang diperlukan.
3.      Kesegaran ikan
Pada ika yang memiliki kesegaran rendah, proses penetrasi garam berlangsung lebih cepat karena dengan tingkat kesegaran yang rendah mempunyai tubuh yang relatif lunak, cairan tubuh tidak terikat dengan kuat dan mudah terisap oleh larutan garam yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi. Apabila ikan kurang segar, produk ikan asin yang dihasilkan akan terlalu asin dan kaku.
4.      Temperatur ikan
Semakin tinggi temperatur tubuh ikan semakin cepat pula proses penetrasi garam kedalam tubuh ikan. Tetapi sangat disayangkan, bahwa hal tersebut diikuti oleh perkembangan bakteri yang juga semakin cepat. Oleh karena itu, sebelum dilakukan penggaraman sebaiknya dilakukan penanganan lebih dahulu dengan baik agar sebagian besar bakteri yang dikandung dapat dihilangkan.

B.4 Metode Penggaraman Ikan

Teknologi penggaraman biasanya tidak digunakan sebagai metode pengawetan tunggal,   biasanya masih dilanjutkan dengan proses pengawetan lain seperti pengeringan ataupun dengan perebusan. Pada dasarnya, metode penggaraman ikan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu penggaraman kering (Dry Salting), penggraman basah (WetSalting) dan Kench Salting.

B.4.1 Penggaraman Kering (Dry Salting)

Metode penggaraman kering menggunakan kristal garam yang dicampurkan dengan ikan. Pada umumnya, ikan yang berukuran besar dibuang isi perut dan badannya dibelah dua. Dalam proses penggaraman ikan ditempatkan didalam wadah yang kedap air. Ikan disusun rapi dalam wadah selapis demi selapis dengan setiap lapisan ikan ditaburi garam. Lapisan paling atas dan paling bawah wadah merupakan lapisan garam. Garam yang digunakan pada proses penggaraman umumnya berjumlah 10 % - 35 % dari berat ikan yangdigarami. Pada waktu ikan bersentuhan dengan kulit / daging ikan (yang basah/berair), garam itu mula-mula akan membentuk larutan pekat. Larutan ini kemudian akan meresap kedalam daging ikan melalui proses osmosa. Jadi, kristal garam tidak langsung menyerap air, tetapi terlebih dahulu berubah jadi larutan. Semakin lama larutan akan semakin banyak dan ini berarti kandungan air dalam tubuh ikan semakin berkurang.

B.4.2 Penggaraman Basah (Wet Salting)

Penggaraman basah menggunakan larutan garam 30 - 35 % (dalam 1liter air terdapat 30 – 35 gram garam). Ikan yang akan digaramidimasukkan kedalam larutan garam tersebut, kemudian bagian atas wadah ditutup dan diberi pemberat agar semua ikan terendam. Lama waktu perendaman tergantung pada ukuran ketebalan tubuh ikan dan derajat keasinan yang diinginkan. Dalam proses osmosa, kepekatan larutan garam akan semakin berkurang karena adanya kandungan air yang keluar dari tubuh ikan, sementara itu molekul garam masuk kedalam tubuh ikan. Proses osmosa akan berhenti apabila kepekatan larutan diluar dan didalam tubuh ikan sudah seimbang.

B.4.3 Penggaraman Campuran (Kench Salting)

Pada dasarnya, teknik penggaraman ini sama dengan pengaraman kering (dry salting) tetapi tidak mengunakan bak /wadah penyimpanan. Ikan dicampur dengan garam dan dibiarkan diataslantai atau geladak kapal, larutan air yang terbentuk dibiarkan mengalir dan terbuang. Kelemahan dari cara ini adalah memerlukanjumlah garam yang lebih banyak dan proses penggaramanberlangsung sangat lambat.


Pengasapan merupakan cara pengawetan dengan memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan, penggaraman dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan bakar alami. Melalui pembakaran akan menghasilkan senyawa asap dalam bentuk uap dan butiran-butiran tar serta dihasilkan panas. Senyawa asap ini menempel dalam jkan dan terlarut dalam lapisan air yang ada di permukaan tubuh ikan, sehingga terbentuk aroma dan rasa yang khas dan warnanya menjadi keemasan atau kecokelatan. Rasa lezat yang menjadi ciri khas produk ikan yang diasap, terutama dari senyawa Phenol dan Aldehid.

Pengasapan adalah suatu proses yang merupakan gabungan dari penggaraman, pengeringan, dan pengasapan itu sendiri. Dengan penggaraman rasa daging ikan menjadi lebih enak dan awet. Selain itu daging ikan semakin kompak karena berkurangnya kadar air, sehingga kegiatan mikroorganisme dapat dihambat. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air dan mendapatkan tekstur yang baik.

Dalam proses pengasapan ikan terdiri dari :
1. Pencucian (cleaning) dan penyiangan (Splitting)
2. Penggaraman (Salting)
3. Penggantungan (hanging) dan Penyusunan ikan
4. Penambahan bumbu atau tanpa penambahan bumbu
5. Pengasapan
6. Pendinginan
7. Penyimpanan dan pengemasan
C.2.1 Pencucian (cleaning) dan penyiangan (Splitting)
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memisahkan yang akan diolah berdasarkan jenis, ukuran dan tingkat kesegarannya. Selanjutnya ikan segera disiangi dengan cara membersihkan sisik, insang dan isi perut, terutama ikan berukuran sedang dan besar, lalu dicuci dengan air bersih agar darah dan kotoran lain dapat dihilangkan.
Penyiangan dan pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran, sisik, dan lendir dengan membelah bagian perut sampai dekat anus, darah, dan lapisan dinding yang berwarna hitam.
C.2.2 Penggaraman (Salting)
Proses penggaraman dilakukan sebelum ikan diasapi, penggaraman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara penggaraman kering ( dry salting) dan penggaraman basah atau larutan (wet salting). Penggaraman menyebabkan:
1.      Daging ikan menjadi lebih kompak, karena garam menarik air dan menggumpalkan protein dalam daging ikan.
2.      Pada konsentrasi tertentu, garam dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
3.      Menyebabkan daging ikan menjadi enak.
4.      Penggaraman dilakukan dengan cara merendam ikan dalam larutan garam yang kekentalannya serta lama perendamannya tergantung dari keinginan yang mengasap dengan tujuan :
·         Agar daging ikan menjadi kokoh karena penghisapan air oleh garam
·         Rasa daging akan menjadi lebih enak
·         Dalam konsentrasi tertentu pertumbuhan bakteri pembusuk dapat dihambat
Pengggaraman ikan mengakibatkan pengeluaran sebagian air dari jaringan ikan dan diganti larutan garam. Penggaraman dapat dilakukan dengan cara merendam di dalam larutan garam atau menaburkan garam kering ke permukaan ikan, dengan kadar garam antara 1-20 % berat ikan.
C.2.3 Penggantungan (hanging) dan Penyusunan ikan
Penggantungan dan penyusunan ikan dapat dilakukan dengan cara mengikatkan ekor ikan dengan tali lalu digantung pada kait.
C.2.4 Pengasapan
Sebelum ikan diasap, terlebih dahulu ikan disusun dan digantung dalam ruang pengasapan dengan tujuan agar proses pengasapan lebih merata keseluruh tubuh ikan, termasuk bagian dalamnya. Jarak antar ikan dan jarak ikan dengan sumber asap perlu diatur sehingga proses pengasapan berjalan baik. Adapun tujuan pengasapan yaitu untuk :
1. Pengawetan
2. Membentuk sifat organoleptik yang meliputi:
a. Cita rasa asap (smoky flavor);
b. Warna spesifik (coklat mahoni)
c. Meningkatkan keempukan daging.                  
Warna coklat terbentuk dari nitrosomioglobin yang kontak dengan panas sehingga menyebabkan terjadinya reaksi pencoklatan.
C.2.5 Pengemasan dan penyimpanan
Setelah pengasapan selesai, ikan dibiarkan dingin sampai suhu tubuh ikan sama dengan suhu ruangan. Sebagai bahan pengemas sebaiknya dari kotak kayu yang dialasi kertas bersih lalu ikan asap disusun rapi di dalamnya. Ikan asap yang disimpan pada penyimpanan dingin dengan suhu ruang < 10 0C dapat bertahan hinggga 7 hari dengan hasil yang cukup bagus. Sedangkan ikan asap yang disimpan pada suhu ruangan (25-32 0C) hanya mampu bertahan 2-3 hari saja.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengasapan antara lain yaitu :
1.      Raw Material (bahan mentah)
Teknik ini sama seperti metode pengawetan lainnya tidak dapat menyembunyikan karakteristik ikan yang sudah berkurang mutunya. Untuk mendapatkan ika asap yang bermutu bagus harus menggunakan ikan yang masih dalam keadaan segar. Mayoritas penyebab rendahnya mutu dari ikan asap adalah penggunaan raw material (ikan) yang sudah hampir busuk dan menghasilkan produk akhir yang buruk. Pengaruh musim tangkap ikan dan kondisi ikan itu sendiri juga menjadi faktor pendukung buruknya kualitas ikan asap.
2.      Bahan Bakat dan Sitem Pembakaran
Bahan bakar umum yang digunakan dalam teknik pengasapan ikan adalah kayu, dapat juga berupa sabut kelapa, merang, serbuk gergaji dan lain sebagainya. Komponen bahan organik  yang dibakar haruslah mengandung selulosa, hemiselulosa dan sebagainya. Jika pembakaran kurang sempurna, asap yang mengandung bahan – bahan organik akan bereaksi dengan ikan dan ikan hasil produk akan berbau asap. Apabila jumlah Oksigem tidak mencukupi, maka asap yang terbentuk akan mengandung CO2 , alkohol, aldehid, dan lain sebagainya.
Zat – zat tersebut dapat terjadi secara bersamaan apabila api dan oksigen tidak merata sehingga tingkat oksidasi berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Komposisi asap terdiri atas :
1.    CO2 dalam bentuk gas.
2.    Air dalam bentuk gas dan butiran – butiran.
3.    Alkohol dan Aldehid dalam bentuk cairan dan gas.
4.    Zat – zat padat yang tidak terbakar namun ikut terbawa arus asap.
3.      Asap sebagai pengawet, pembentuk warna, rasa dan aroma
Jenis kayu yang cocok untuk pengasapan adalah kayu yang lambat terbakar, banyak mengandung senyawa – senyawa mudah terbakar, dan menghasilkan asam. Jenis dan kondisi kayu juga menentukan pembakaran dan jumlah asap yang diproduksi.
Asap memiliki sifat pengawet yang berasal dar Fenol. Fenol yang terkandung dalam asap memiliki sifat bakteriostatik yang tinggi sehingga menyebabkan bakteri yidak dapat berkembang biak, fungisidal sehingga jamur tidak dapat tumbuh, dan mencegah proses oksidasi pada ikan oleh komponen lemak.
Senyawa asam organik pada asap akan memberikan warna. Fenol dan formaldehid membentuk lapisan damar sehingga produk ikan asap menjadi mengkilat. Komponen – komponen asap yang merupakan bahan pengawet adalah:
·         Alkohol (methil alkohol dan etil alkohol)
·         Aldehid (formaldehid dan asetaldehid)
·         Asam – asam organik (asam cuka dan asam semut)
   Zat – zat pengawet diatas hanya terdapat dalam jumlah yang kecil dan tidak begitu berarti. Metode umumnya ikan digarami terlebih dahulu, khusunya untuk metode pengasapan dingin.
Bahan organik yang digunakan dalam pembakaran, hendaknya dipilih dari kayu yang keras. Karen kayu yang mengandung damar tidak baik untuk pengasapan karena akan menimbulkan bau tidak enak dan rasa yang kurang enak pada produk akhir ikan asap. Kayu yang baik adalah yang keras, murah dan mudah didapat.


Komposisi Kimia Asap Kayu
Komposisi Kimia
Kandungan asap (mg/m3)
Metil alkohol
-
Fenol
25-40
Formaldehid
30-50
Asam formiat
115-160
Aldehid
180-230
Keton dan aseton
190-200
Asam asetat dan asam lainnya
600
Tar
1.295

4.      Suhu Pengasapan
Penempelan dan pelarutan asap dapat berjalan dengan efektif, suhu awal pengasapan sebaiknya jangan terlalu tinggi. Jika pengasapan dilakukan langsung pada suhu tinggi, dikhawartikan lapisan air pada permukaan ikan akan cepat menguap dan daging ikan cepat matang sehingga dapat menghambat proses penempelan asap. Setelah terbentuk aroma dan warna yang baik, suhu pengasapan baru dapat dinaikkan untuk membantu proses pengeringan dan pematangan ikan. Suhu pengasapan juga akan mempengaruhi banyaknya asap yang menempel pada ikan.
5.      Karsinogenik
Asap juga mempunyai peran sebagai penyebab kanker (karsinogen) dan perubahan terhadap gen (mutagen). Ada tiga kelompok senyawa utama yang menjadi penyebab munculnya kanker, yaitu kelompok senyawa Policiclic Aromatic Hidrokarbon (PAH), N-nitro compound (NNC), dan Heterociclic Aromatic Amine (HAA). Senyawa PAH adalah kelompok senyawa yang paling banyak terdapat pada produk – produk pengasapan.




Bada empat metode dalam pengasapan ikan, yaitu :      
C.4.1 Pengasapan Dingin
Pengasapan dingin merupakan cara pengasapan dengan suhu rendah yaitu tidak lebih dari 33 (sekitar 15-33 ). Waktu pengasapannya dapat mencapi 4-6 minggu. Penggunaan uhu rendah dimaksudkan agar dagimg ikan tidak menjadi masak atau protein didalamnya tidak terkoagulasi, sehingga ikan yang dihasilkan masih tergolong setengah masak dan perlu pengolahan kembali untuk menjadi ikan asap siap konsumsi.
     C.4.2 Pengasapan Panas
Pengasapan panas menggunakan suhu pengasapan yang cukup tinggi yaitu 80-90 . Karena suhu tinggi, waktu pengasapanpun lebih pendek yaitu 3-8 jam, bahkan ada yang 2 jam. Melalui suhu tinggi ikan akan masak dan tidak perlu diolah kembali sebelum dikonsumsi.
     C.4.3 Pengasapan Elektrik
Pengasapan elektrik yaitu pengasapan ikan dengan asap dari serbuk gergaji yang dilewatkan medan listrik dengan tegangan tinggi. Ikanpun mengalami tahap pengeringanuntuk mempersiapkan permukaan ikan menerima partikel asap, lalu tahap pengasapan, dan tahap pematangan. Pada ruang pengasapan dipasang kayu melintang dibagian atas dan dililiti kabel listrik. Ikan digantung dengan kawat pada kayu berkabel listrik tersebut.
     C.4.4 Pengasapan Cair
Asap liquid merupaka asam cukany(vinegar) kayu yang diperoleh dari destilasi kering dari kayu. Pada destilasi kering tersebut viregar kayu dipisahkan dari tar dan hasilnya diencerkan dengan air kemudian ditambahkan garam dapur secukupnya, kemudian direndam dalam larutan asap tersebut selama beberapa jam. Faktor penting dalam metode pengasapan ini adalah konsentrasi, suhu larutan asap, serta waktu perendaman. Setelah itu dikeringkan ditempat yang teduh.



BAB III

PENUTUP



Pada dasarnya pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengeringan ikan yaitu faktor intrinsik atau dari dalam ikan itu sendiri, faktor ekstrinsik atau faktor dari lingkungan, dan alat yang digunakan dalam pengeringan.
Pada umumnya penggaraman tidak digunakan sebagai metode pengawetan tunggal, biasanya masih dilanjutkan dengan proses pengawetan lain seperti dengan pengeringan ataupun dengan perebusan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi garam kedalam tubuuh ikan antara lain yaitu kadar lemak, ketebalan daging, kesegaran, dan temperatur tubuh ikan.
Pengawetan ikan dengan metode pengasapan merupakan cara pengawetan dengan memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan, penggaraman dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan bakar alami yang berupa asap. Ada banyak faktor yang mempengaruhi proses pengasapan diantaranya suhu pengasapan. Agar penempelan dan pelarutan asap berjalan efektif, suhu awal pengasapan sebaiknya rendah.

B.     SARAN


Proses pengawaten akan lebih baik jika dilakukan dengan metode-metode yang sesuai. Saat ini di Indonesia dalam pengawetan bahan pangan khusunya pada ikan sering diberikan dengan bahan kimia yang dilarang olek permenkes. Alangkah baiknya apabila pembuatan itu dilakukan secara alami dan tradisonal tanpa ada campuran zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan.





Adawyah Robiatul. 2006. Pengolahan dan Pengawetan IKAN. Banjarbaru : Bumi Aksara
Suhirman. 2012. Pengasapan.
(Online) www. suhirmantphpi.files.wordpress.com/2012/pengasapan/
diakses tanggal 23 Nopember 2012.
Sasmito Bambang Budi dan Farita Irmayan. 2005. Dasar-Dasar Pengawetan
Bahan Pangan. Malang : Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang

 

1 komentar:

  1. Apa yang dimaksud dengan reaksi browning nonenzimatis, dan bagaimana reaksi ini terkait dengan perubahan warna pada ikan yang dikeringkan? Visit Us Telkom University

    BalasHapus